Jumat, 26 November 2021

PERTEMUAN 22 MENGUAK DAPUR PENERBIT MAYOR

 

Assalamu Alaikum warohmatullahi wabarokaatuh......

Selamat malam ...

Sugeng Dalu

Bapak ibu hebat pegiat literasi Nusantara.....

Salam sehat ...dalam penat tetap semangat.... 👍

Senin malam di 22 November 2021 ini kita telah memasuki pertemuan ke 22 dari 30 pertemuan ......

Jangan lupa untuk selalu mengisi link daftar hadir dan melayangkan resume goresan tanpa pena bapak ibu....... 😀

Kali ini Nara sumber kita adalah Bapak Edi S Mulyanta. Beliau seorang publishing consultan pada penerbit ANDI Yogyakarta, yang merupakan penerbit mayor........

Tak kenal maka tak sayang...

Mari kita berkenalan dengan beliau melalui Profil berikut ..

https://www.pbuandi.com/2021/11/edi-s-mulyanta.html?view=flipcard

Tanpa terasa ternyata sudah gelombang 21 dan 22 Group belajar menulis, semangat masih luar biasa

Era covid 19 ini memang cukup berat bagi semua penerbit, baik penerbit skala kecil hingga penerbit mayor. Semua berlomba untuk hanya sekadar bertahan hidup, dari terpaan covid yang tanpa mengenal pandang bulu serta berimbas ke berbagai sektor.

Sejak Maret 2019, penerbit-penerbit berusaha dengan berbagai cara untuk bertahan dan mencoba tetap eksis dengan berbagai cara.

Hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka  ke arah yang lebih up to date, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum. Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas  terbitan bukunya, akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duwit) untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Secara otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain.

Beliau  akan mencoba memulai dengan penjelasan skala penerbitan, yang sering digunakan untuk menyebutkan penerbit mayor dan penerbit minor (indie).

Pada dasarnya konsep penerbitannya sama, yaitu mempublikasikan hasil tulisan dari penulis yang menjadi mitranya.


Konsep dasar penerbitan adalah sebagai berikut

Tugas dari penerbitan adalah memberikan layanan industri, dalam menerbitkan atau mempublikasikan hasil tulisan karya tulis dari penulis.

Penerbit hanyalan Intermediary atau perantara dalam proses publikasi sebuah tulisan. Tugas penerbit adalah menghasilkan keuntungan dalam setiap terbitannya.

hanyalan hanyalah

Yang membedakan jenis penerbit adalah jumlah atau skala produksi setiap penerbit yang tergabung dalam anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) tersebut.

Skala produksi ini tercermin dalam ISBN setiap buku yang diterbitkan oleh penerbit tersebut. Melalui ISBN ini dapat diketahui penggolongan skala produksi buku yang dihasilkan setiap tahunnya.

ISBN dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional, yang diberikan hak oleh negara untuk memberikan nomor-nomor yang dikuasainya tersebut untuk dibagikan kepada penerbit di Indonesia.


Struktur penomoran ISBN

Bapak ibu bisa memperhatikan struktur angka dalam Publication Element tersebut

Nah.. angka di publication element tersebut adalah jumlah produksi buku yang dapat dilakukan oleh penerbit tersebut. Melalui angka ini terlihat berapa kekuatan produksi buku yang diterbitkan oleh sebuah penerbit.

Secara materi terbitan, sebenarnya tidak ada bedanya antara penerbit mayor dan minor. Hanya terkadang penerbit tertentu memilih spesialisasi pada Genre tertentu untuk lebih fokus dalam produksi maupun pemasarannnya.

Secara otomatis. karena jumlah produksi cukup besar, akhirnya penerbit mayor mempunyai saluran pemasaran yang cukup beragam yang sering disebut Omni channel Marketing selain tentunya outlet di Toko Buku.

Yang unik selama pandemi ini, adalah saluran toko buku mengalami kontraksi yang cukup dalam, sehingga saluran outlet toko buku pun menyesuaikan dengan berpindahnya proses pemasaran ke sistem online, maupun digitalisasi materi dalam bentuk media lain selain tulisan.

Tantangan ini cukup berat bagi penerbit-penerbit dengan skala kecil, yang hanya menggantungkan outletnya di toko buku. Karena imbas dari Lock Down diberbagai sentra ekonomi, menjadikan saluran penjualan buku semakin sulit bejualan.

Media-media baru sebagai sarana promosi buku pun berkembang seperti channel Webinar, Podcast, IG Live, WA Group seperti group kita ini, mejadi media promosi yang luar biasa berkembang.

Hal yang unik dari Pandemi ini, adalah Buku Cetak masih menjadi pilihan pembaca dalam memperluas cakrawala pikirnya. Di samping Elektronik Book juga baru dalam taham embrio berkembang.

Penerbit di mata pembaca, menjadi sama, semua berjuang untuk tetap bertahan. Sehingga menjadikan iklim penerbitan secara umum tidak surut selama pandemi ini. Kami selalu tidak kurang dalam menjaring tulisan-tulisan baru yang bermunculan luar biasa banyak selama pandemi.

2 Tahun pandemi, semangat menulis penulis-penulis baru sangat luar biasa, dengan banyaknya tulisan yang masuk di tempat kami. Hal ini tidak diimbangi dengan pendapatan penjualan buku yang sangat tergerus dengan adanya Covid 19 yang telah mencapai gelombang ke 2 di tahun 2021 ini.

Saat awal tahun 2021 penerbit di Indonesia sebenarnya telah mulai bangkit, tercermin dalam pendapatan pada bulan Januari dan Februari yang telah mencapai tahap memantul ke atas.. tetapi sayang masuk di tahap gelombang 2 covid betul-betul meratakan pendapatan ke level yang terendah.

Kami dengan terpaksa melakukan pengereman produksi yang luar biasa ketat dalam mengantisipasi hal tersebut. Strategi yang kami lakukan adalah dengan menyimpan tenaga, energi penulis yang tidak lekang oleh pandemi, dengan tetap melakukan seleksi-seleksi materi buku yang menarik.

Menabung naskah, adalah strategi dalam menghadapi pandemi, walaupun ada hal yang harus dikorbankan yaitu proses cetak fisik buku yang terkendala. Hal ini kami siasati dengan menerbitkan E-Book untuk mempercepat proses penerbitan sebuah buku.

E-book adalah sarana media digital buku yang masih sangat muda, sehingga proses bisnis yang menyertainya belum bisa mengangkat proses industri perbukuan yang masih ditopang cetak buku fisik.

Ke depan kami menyadari, bahwa buku fisik masih akan tetap bertahan. Hanya proses pemasarannya yang berubah mengikuti jaman. E-book akan tetap menarik karena konsep praktis, ramah lingkungan, dan menjanjikan keterbukaan dalam menerima media-media lain sebagai media pengayaannya.

Google dengan sigap juga telah mencoba peruntungannya di era digital ini, yaitu dengan Google Books nya menjadikan konsep digitalisasi e-book sudah mencapai ke industrialisasi digital masa depan.

Tantangan penerbit baik mayor maupun minor, adalah kecepatan dalam menguasai teknologi ini ke depan. Dengan konsep multimedia, pengawinan antara media-media baru, menjadikan buku akan semakin mengecil secara fisik. Apalagi ada konsep baru dalam dunia digital yaitu konsep Metaverse yang diusung Face Book, dunia digital akan semakin kaya.

Penguasaan tekonologi harus cepat dikuasai, sehingga media buku di Indonesia akan semakin maju dalam mengikuti perkembangan jaman. Buku akan diperkaya dengan media-media lain, yang akan saling mengisi kelemahan secara alamiah media-media tradisional tersebut.

Sebagai penulis, harus memberikan pengayaan-pengayaan tidak hanya kemampuan tulis belaka. Akan tetapi pengembangan di sisi penulis harus diberdayakan. Seperti penulis mempunyai Blog, Channel Youtube, Twitter, Podcast, bahkan Tiktok yang dapat dijadikan sarana promosi tulisan bukunya. Hal ini akan memberikan rangsangan penerbit untuk tidak mampu menolak tulisan penulis karena followernya banyak, menjadi selebriti di Youtube, atau Selebriti Tiktok.

Ke depan materi tulisan tidak akan melulu dijadikan alasan penerbit dalam menerbitkan buku, akan tetapi kemampuan penulis dalam membantu mempromosikan tulisan lah yang menjadi primadona penulis-penulis baru

Persaingan penerbit akan semakin keras, tidak memandang penerbit mayor maupun minor. Hal ini karena ke depan proses penerbitan bisa dilakukan sendiri oleh penulis. Lihat saja bang Tere Liye yang dapat memproduksi sendiri tulisannya melalui Google Books.

Memang Genre tertentu penulis dapat bermain sendiri memproduksi bukunya. Pintar-pintar penulis dalam mengelola tulisannya. Ada yang dapat dikerjakan sendiri, ada dapat berkolaborasi penerbit baik minor maupun mayor.

Semua akan jalan di jalannya masing-masing dan tidak akan saling berebut akan tetapi tetap menghasilkan keuntungan

Akhirnya, semua unsur Dunia penerbitan akan menjadi lebih berwarna dan saling menguntungkan dari penulis, penerbit, hingga pembaca buku dengan terbentuknya dunia digital yang cukup menjanjikan ke depannya.

Jangan segan-segan bapak ibu menawarkan tulisannya ke berbagai skala penerbit, karena saat ini konten adalah raja-nya sehingga penerbit memerlukan kesegaran konten yang dapat dikembangkan menjadi komoditas yang menguntungkan.

Pelajari karakteristik penerbitnya, dengan melihat hasil-hasil terbitannya. Setiap penerbit mempunyai kekhasan sendiri-sendiri. Penulis adalah makhluk bebas, yang dapat menawarkan ke semua penerbit. Tinggal kepintaran bapak ibu sekalian dalam mengatur strategi, kemampuan, dan memilah serta memilih penerbitan.

bapak ibu dapat mencoba menulskan di aplikasi Wattpad, follower pembaca bapak ibu di situ biasanya dipantau oleh penerbit-penerbit mayor.

Penerbit minor, juga tidak kalah kreatifnya dalam menjaring penulis. Dengan banyaknya syarat-syarat kenaikan pangkat guru, dosen, hingga guru besar, menjadikan penerbit-penerbit saling bersaing mengisi peluang tersebut.

Hal yang penting sebagai penulis adalah, jaga kejujuran, jaga idealisme, dan selalu belajar dari berbagai genre tulisan orang lain.

Mengukur diri, dan menyesuaikan dengan kemampuan diri, menguliknya akan menjadi daya tawar yang baik bagi tulisan bapak ibu saat ditawarkan ke penerbit.

Ke depan persaingan penerbit tidak hanya antarpenerbit akan tetapi dengan digitalisasi yang menjadikan persamaan derajat antara penulis, penerbit, penyalur, dan pembaca buku.

Penerbit mayor saat ini tidak kekurangan naskah untuk diterbitkan, hanya kekurangan likuidasi dalam memproses naskahnya menjadi sebuah tulisan atau media lain ke pembaca.

Sehingga saat ini yang menjadi masalah adalah media apa yang sesuai dalam mendukung sebuah terbitan buku.

Demikian sedikit tulsan saya semoga dapat memberikan sedikit gambaran .. bagaimana penerbit tetap bertahan dalam gempuran jaman yang semakin tidak terpredisi seperti sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Motivasi Menulis

 pertemuan 26  Motivasi Menulis  Narasunber : Dail Ma'ruf. M. Pd Moderator : Raliyanti  Bismillahirrahmanirrahim Assalamu'alaikum wr...